Camat Nata, Jawara Pejuang dari Cibitung

Membaca profil Nata bin Sedan, di berbagai referensi maupun cerita yang berserak. Kesimpulannya adalah dia merupakan pejuang yg anti perundingan. Lawan Belanda ya cuma satu, perang. Dia memang buta huruf, tapi kharismanya membuat dia menjadi salah satu tokoh Bekasi yang paling banyak anak buahnya. Kawan maupun lawan segan terhadapnya.

Tokoh jawara asal Cibitung ini lebih dikenal dengan nama Camat Nata. Dia merupakan diantara orang Bekasi yang dalam data intelijen Belanda sebagai orang yang sangat berbahaya bagi mereka. Sehingga harus dicari, hidup atau mati.  


Cara dan pemikiran perjuangan dia, lebih cocok dengan Laskar Rakyat Jakarta Raya (LRJR) pimpinan Sutan Akbar. Laskar garis keras yang menuntut merdeka 100%. Laskar ini memang terkenal akan keberaniannya dalam melawan Belanda. Ruang geraknya hingga mencapai Purwakarta. 

Namun karena terdapat perbedaan strategi perang, LRJR pun sering bentrok dengan Tentara Republik Indonesia (TRI). Hal ini dikarenakan TRI terpaksa mengikuti keputusan pemerintah untuk mematuhi perjanjian, yaitu mundur, sedangkan LRJR tidak mengakui dan menolak hasil-hasil perundingan yang merugikan pihak republik.

Puncaknya ketika Presiden Sukarno mengeluarkan perintah pada 18 Maret 1947. Perintah tersebut menyatakan bahwa semua satuan bersenjata diwajibakan untuk bergabung dengan TRI di bawah pimpinan Jenderal Sudirman. Karena tidak ingin bergabung, LRJR pun dipaksa dibubarkan. 

Kemudian saat pasukan Siliwangi hijrah dari Bekasi dan sekitarnya pada Februari 1948, dia dan anak buahnya bergabung di Divisi Bambu Runcing yang dipimpin oleh Sutan Akbar. Divisi yg dibentuk secara rahasia oleh Jenderal Sudirman dan Tan Malaka. 

Tugas utama divisi ini adalah tetap melakukan perlawanan terhadap belanda namun pemerintah tidak mengakui keberadaan mereka. Sehingga kalau terjadi apa-apa, pemerintah tidak bertanggung jawab. Seperti agen IMF di film Mission Impossible. Area tempur Camat Nata di Bekasi dan sekitarnya.

Saat pasukan Siliwangi kembali ke daerahnya masing-masing, pasukan Camat Nata dan pasukan TNI pimpinan Sambas Atmadinata sempat berkolaborasi melawan Belanda di Bekasi. 
Akan tetapi, kerja sama tersebut akhirnya bubar setelah perjanjian Roem-Royen yang ditandatangani 7 Mei 1949 di Jakarta. Hal ini karena TNI kambali terpaksa patuh terhadap isi perjanjian, yang kembali merugikan republik. Sedangkan Camat Nata dan pasukannya mengabaikan isi perjanjian.

Dan sejak itulah Pasukan Siliwangi dengan Bambu Runcing kembali saling baku-tembak. Bahkan kedua kelompok bersenjata itu juga menggelar razia di wilayah kekuasaan masing-masing. Dan pertempuran segi tiga pun terjadi, TNI – Bambu Runcing – Belanda. Akibatnya, rakyat menjadi serba salah, ketakutan, dan terteror. Hanya saja, saat berhadapan dengan Belanda, TNI dan Bambu Runcing terpaksa bekerja sama.

Bahkan, meskipun Belanda sudah angkat kaki dari bumi pertiwi, pertikaian antara TNI dengan Bambu Runcing masih terjadi. TNI pun menjadikan Bambu Runcing sebagai salah satu kelompok pemberontak. AE Kawilarang dari TNI pun ditugaskan untuk menumpasnya. Pertikaian saudara itu pun selesai setelah Camat Nata berhasil ditangkap.

Meskipun pernah dicap sebagai pemberontak, namun atas jasa-jasanya terhadap bangsa dan negara, Presiden Sukarno pun pada Maret 1954 mengeluarkan amnesti terhadapnya. Sebab pemerintah tahu, bahwa pemberontakannya itu karena Camat Nata cinta tanah air dan benci terhadap penjajahan.

Tetapi banyak orang Bekasi yang tidak tahu siapa dia. Bintang jasa, gelar pahlawan pun tidak melekat padanya. Padahal dia merupakan tokoh penting perlawanan rakyat Bekasi-Purwakarta terhadap Belanda. Tokoh yang anti perundingan, cuma satu kata terhadap belanda baginya, PERANG.

Tokoh perlawanan ini meninggal pada 12 Mei 19
90. Sebagai tokoh perjuangan, pemerintah meletakkan bendera Merah Putih di makamnya. Terletak di daerah Cibitung, terhimpit diantara rumah-rumah warga dan kawasan industri, membuat banyak warga sekitar yang tidak tahu ada makam pahlawan di daerahnya.

 










Endra Kusnawan


Endra Kusnawan
Endra Kusnawan Orang yang senang belajar sesuatu hal yang baru. Saat ini bekerja di sebuah perusahaan kelapa sawit bagian ngurusin CSR. Waktu luangnya digunakan untuk berbagi pengetahuan seputar sejarah, pelatihan dan motivasi. Dalam konteks sejarah, merupakan pendiri Grup diskusi di Facebook, Wisata Sejarah Bekasi, sejak 26 Januari 2013. Juga merupakan pendiri sekaligus Ketua Komunitas Historia Bekasi sejak Agustus 2016. Bisa dihubungi 0818.0826.1352

11 komentar untuk "Camat Nata, Jawara Pejuang dari Cibitung"

  1. inspiratif banget nih bang Endra #salam silaturahim..

    BalasHapus
  2. Subhanallah, nama beliau sangat di kenal di daerah cibitung (lampu merah)

    BalasHapus
  3. Subhanallah, nama beliau sangat di kenal di daerah cibitung (lampu merah)

    BalasHapus
  4. Subhanallah, nama beliau sangat di kenal di daerah cibitung (lampu merah)

    BalasHapus
  5. baru aja saya melihatnya. Sayangnya ada mushola disampingnya. Sementara ada larangan makam dijadikan ibadah dalam Islam

    BalasHapus
  6. Engkong saya itu,,bangga jg nama beliau diangkat ke media sosial oleh bg.Endra Kusnawan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Klo boleh tau makamnya dicibitung daerah mana nya gan

      Hapus
  7. Artikelnya mantap bang.salam dari cibuntu bojong

    BalasHapus
  8. Minta infonya dong alamat makam beliau , cibitung. dimana nya ya?

    BalasHapus
  9. Camat nata Sempet nikah sama orang kampung gawir rempag desa cibatu kec.cikarang selatan

    BalasHapus
  10. Sy bangga jdi cucunya camat nata krn dia pejuang sejati

    BalasHapus

Posting Komentar