Pertempuran 29 November (Bekasi Dibakar Inggris, Bersambung 2)
Setelah diketahui secara pasti bahwa para tentara
Inggris telah dibunuh semua oleh pejuang Republik di Bekasi. Selain itu juga
para pejuang juga enggan untuk menyerahkan dan bahkan meminta pihak Inggris
untuk mengambil sendiri, membuat Inggris mengerahkan pasukan untuk mengambil
jenazah tentaranya.
Pertimbangan membawa pasukan dan sejumlah alat
berat menuju Bekasi adalah saat mereka hendak balik dari lokasi pendaratan darurat
pesawat di Cakung pada 23 November 1945, terjadi perlawanan yang cukup sengit
dari rakyat. Jumlahnya mencapai sekitar 100 orang dengan persenjatan tajam. Pertempuran
yang sengit itu membuat 25 orang pejuang gugur, 20 orang luka, dan 15 orang
lainnya menjadi tawanan. Sedangkan dipihak Inggris hanya satu yang tewas dan
sedikit yang terluka. Diwaktu yang sama, lima orang tawanan tewas saat hendak
melarikan diri. Sebelum balik ke Jakarta, sekitar 200 rumah di sekitar
pertempuran (Cakung) dibakar oleh tentara Inggris.[1]
Sejumlah pasukan Inggris
sedang bersiap menuju Bekasi. Foto diambil 29 November 1945. Sumber: Imperial War Museums (IWM).
Dalam arsip Imperial War Museum, dijelaskan bahwa prajurit dari
Rajput’s 4/7th dan tank Sherman dari Lancers 13, dan bisa memanggil dukungan
artileri dari 336 Artileri Medan, merupakan pasukan yang dikerahkan pada 29 November 1945 ke Bekasi.
Pertempuran Rawa Pasung
Pada
29 November
1945 pagi, tentara sekutu dan
NICA dari arah Pulo Gadung menuju
ke Bekasi dengan kendaraan lapis baja, truk yang membawa tentara, serta tentara yang berjalan di kanan-kiri jalan. Iring-iringan yang cukup besar tersebut berhasil
menembus pertahanan di sekitar Kali Cakung.
Sebelumnya, pejuang yang sedang berjaga
diperbatasan segera menginformasikan markas di Bekasi tentang kedatangan
pasukan Inggris dalam jumlah besar. Para pejuang di Bekasi kemudian mengatur
strategi untuk menahan laju pihak Sekutu dan Belanda. Kemudian ditetapkanlah
penghadangan dilakukan di perlintasan rel yang membelah jalan utama di Kranji (sekarang di bawah dan sebelum fly over Kranji dari
arah Pulo Gadung).
Kekuatan bersenjata saat itu yang dimiliki adalah
TKR dan sejumlah laskar. Mereka terdiri dari BBRI, Laskar Rakyat, dan Perguruan
Pencak Silat asal Subang pimpinan Haji Ama Raden Uce Puradiredja.[2]
Persenjataan yang digunakan hanya mengandalkan beberapa pucuk senjata Carabijn,
senapan mesin ringan, bambu runcing, golok, keris, tombak, panah, dan granat
tangan. Dengan kekuatan yang tidak imbang tersebut, kemudian dipecah dalam
formasi: bagian selatan dan timur pintu kereta api ditempati TKR yang dipimpin
oleh Mayor Sambas Admadinata dan BBRI yang dipimpin oleh M. Husein Kamaly serta
orang tuanya Haji Riyan. Bagian utara pintu kereat api dijaga oleh Laskar Rakyat,
serta sebelah barat dan utara dikuasai oleh Perguruan Pencak Silat.
Karena senjata yang dimiliki tidak imbang, maka
cara bertempurnya dengan melakukan pertempuran jarak dekat. Dengan begitu, membuat senjata Sekutu tidak terlalu berfungsi.
Strategi ini selalu dilakukan oleh pihak Indonesia dalam tiap pertempuran.
Taktik dimulai dengan menutup perlintasan
kereta api dengan palang pintu. Pasukan sekutu mengira akan ada kereta api yang
akan lewat. Para pejuang sebelumnya telah memasukkan semua senjata ke dalam
baju, sarung yang dililit
di perut hingga tidak terlihat dari luar, atau diletakkan disuatu tempat. Untuk kamuflase, mereka
berbincang santai sambil merokok. Banyak
juga yang bersembunyi. Pasukan Inggris dan Belanda mengira mereka
hanyalah petani biasa yang pergi ke sawah. Namun disaat mereka lengah, dalam
waktu singkat terjadi pertempuran jarak dekat yang cukup sengit.
Seiring
pekikan takbir, anggota Pencak Silat dan
para pejuang lainnya menyergap. Mereka melompat ke panser, tank,
maupun truk. Dengan berbagai senjata tajam dan ilmu bela diri, mereka menghujam
semua tentara yang mereka hadapi. Karena serangan yang tidak diduga, pihak
sekutu tidak sempat melakukan perlawanan berarti. Dengan sigap, pasukan sekutu
pun mundur. Akibatnya, terdapat 6 orang dari pejuang dan sejumlah tentara
sekutu yang gugur. Pihak pejuang berhasil merampas 12 senapan mesin dan 10 carabijn. Mereka juga berhasil menghancurkan sejumlah kendaraan
dengan jalan melempar granat-granat dari jaraka dekat.[3]
Ternyata kebulatan tekad
dan ramuan strategi yang tepat, membuat pihak Inggris mundur. Padahal
persenjataan mereka lebih lengkap. Peristiwa
kemenangan
ini pun diabadikan dalam relief di
monumen perjuangan depan Gedung Juang Tambun maupun relief di Taman Makam
Pahlawan Bekasi di Bulak Kapal.
Pasukan Inggris dari kesatuan British-India Army (BIA) saat di pinggir rel daerah Rawa Pasung sekitar bawah Fly Over Kranji. Foto diambil 29 November 1945. Sumber: Imperial War Museums (IWM). |
Relief di monumen perjuangan depan Gedung Juang Tambun. Sumber: Endra Kusnawan |
Pertempuran Pondok Ungu
Dengan sangat kecewa, pasukan Inggris pun mundur. Disaat
yang sama sejumlah pejuang telah bersiap di sekitar Pondok Ungu. Mengambil
posisi untuk melakukan sergapan. Di sana terdapat seorang pemuda yaitu Tohir
yang memimpin pasukan Banteng Hitam. Pasukan Banteng Hitam, pada jaman
pendudukan Jepang, banyak yang berasal dari kesatuan bentukan Jepang yaitu Barisan
Pelopor ((Suishintai). Kesatuan ini dipimpin langsung oleh Ir. Sukarno.
Selain dari Laskar Banteng Hitam, juga terdapat laskar
lainnya yang ikutan melakukan penyergapan. Ada laskar yang dipimpin Haji Nawawi
dan Haji Mansyur. Mereka merupakan tokoh masyarakat yang berpengaruh di daerah
Kaliabang. Keduanya, dan juga Tohir masuk dalam data intelijen Belanda sebagai tokoh
yang berbahaya.[4]
Tidak ketinggalan Laskar Rakyat dari Ujungmalang
yang dipimpin oleh Guru Noer Ali yang saat itu masih berusia
31 tahun dan TKR Laut pimpinan
Madnuin Hasibuan. [5] Laskar bentukan Guru Noer Ali tidak hanya
berasal dari santrinya saja, melainkan terdapat pemuda lain. Meskipun minim senjata api, tetapi tidak menyurutkan semangat dalam
berlatih. Oleh Guru Noer Ali, para laskar diberikan bekal berupa bacaan-bacaan tertentu guna menguatkan
mental laskar.
Foto KH. Noer Ali karya Ahtoillah Mursjid. Sumber: Istimewa |
Para laskar tersebut dengan tatapan tajam dan penuh semangat, dari tempat
persembunyiannya mengamati pasukan Inggris yang sedang melintasi jalanan Pondok
Ungu untuk balik menuju Jakarta. Disaat yang tepat, tiba-tiba terdengar komando
dari pihak laskar untuk langsung melakukan penyergapan.
Dengan gagah
beraninya mereka menyerang pasukan sekutu dari kanan dan kiri jalan. Pasukan Inggris yang
baru saja mengalami kekalahan di Rawa Pasung tidak siap dengan serangan mendadak
tersebut. Akibatnya para pejuang saat itu berhasil mendesak pasukan Sekutu. Kekuatan sekutu hilang, tidak ada kordinasi lagi untuk menyusun taktik
perang. Melihat kenyataan tersebut, akhirnya sekutu mundur dengan sesekali
melakukan perlawanan.
Pihak pejuang
pun semakin percaya diri melihat kondisi tersebut. Diseranglah terus pasukan
sekutu. Hingga saat Inggris berhasil menata kembali pasukannya
untuk melakukan serangan balik. Para pejuang pun mundur ke arah Kaliabang.
Kondisi berbalik 180 derajat.
Disitulah mulai terjadi
pertempuran yang tidak seimbang. Di areal persawahan yang luas antara Pondok
Ungu dengan Kaliabang, tidak ada tempat yang bisa dilakukan untuk berlindung
dari terjangan peluru maupun mortir. Pasukan
rakyat yang tadinya hampir menang malah terdesak sampai Sasak Kapuk.[6]
Para laskar yang hanya
bermodalkan golok, parang, bambu runcing, dan senjata tajam lainnya
kocar-kacir. Memang ada senjata api, namun beberapa saja, tidak sampai 10 buah. Sedangkan sekutu
memiliki senjata api dan sejumlah
mortir serta meriam yang lengkap. Akibatnya, strategi satu lawan satu yang digunakan
para pejuang tidak lagi berfungsi. Dan satu persatu para pejuang jatuh berguguran. Pihak Inggris sendiri tidak
meneruskan merangsek ke Kali Abang. Sekitar 30 hingga 40-an pejuang gugur,
puluhan lainnya mengalami luka. Guru Noer Ali sendiri
berhasil selamat setelah dia terjun ke kali untuk berlindung.[7]
Dalam laporan pihak
Sekutu dikatakan bahwa mereka berhasil mengatasi Banteng Hitam yang telah
melakukan pembunuhan terhadap prajurit mereka yang ditawan. Peristiwa pertempuran di Pondok Ungu diabadikan dalam
salah satu peristiwa di film Singa Karawang Bekasi (2003) yang disutradai oleh Nurul
M. Berry.
Setelah pertempuran tersebut,
jalur dari Pondok Ungu hingga Teluk Pucung yang melalui jalur Kaliabang, kerap
terjadi pertempuran antara para pejuang dengan pihak Sekutu dan Belanda. Meski
tidak sebesar pertempuran di akhir November 1945.
Oleh: Endra Kusnawan
[1]Richard McMillan. The British Occupation of Indonesia 1945-1946: Britain, The Netherlands
and The Indonesian Revolution. Routledge, New York 2005, hlm: 70.
[2]Keterlibatan Perguruan Pencak
Silat ini tentu saja setelah mendapatkan izin dari komandan tempur Moeffreni Moe’min dan berkordinasi dengannya. Sebelumnya, para anggota Pencak Silat telah
dilatih kemiliteran singkat oleh TKR. Karena tidak cukup hanya dengan silat
saja untuk melawan persenjataan lengkap penjajah. Pelatihan sendiri meliputi
pengenalan senjata-senjata api dan strategi tempur. Tentu saja, kombinasi silat
dan militer menjadi senjata ampuh bagi perguruan yang didirikan tahun 1922
tersebut.
[3]Dien Majid dan
Darmiati. Jakarta-Karawang-Bekasi Dalam Gejolak Revolusi: Perjuangan Moeffreni Moe’min. Keluarga Moeffreni Moe'min, Jakarta 1999. Hlm. 168-170, 177-183.
[4]
Arsip Belanda. Tropencommando,
Inlichtingendienst No. 354 M. Inlichtingsrapport, betr. 25/26 Januari 1946,
afgesl.12.00.
[5]
TKR Laut
merupakan pasukan yang menempati di sepanjang pantai utara. Mereka kebanyakan
berasal dari siswa, mahasiswa, dan tenaga pengajar dari sekolah maritim. Karena
markas TKR Laut dekat dengan lokasi markas Laskar Rakyat-nya Guru Noer Ali, membuat mereka
menjalin kerja sama dalam usaha mempertahankan kemerdekaan. Tetapi TKR
Laut hanya memiliki
sedikit kontak dengan resimen Cikampek yang sebagai induk tempurnya, dan tidak
ada kontak sama sekali dengan markas angkatan laut di Yogyakarta.
[6]Sasak Kapuk merupakan nama jembatan yang saat ini letaknya antara pabrik PT Bakrie Tosanjaya dengan pabrik PT
Bridgestone.
sangat menarik
BalasHapusTerima kasih atas artikelnya. Mau bertanya, sumber2 foto dan penjelasan dari mana ya? Mau saya tulis dalam tugas makalah saya. Sebelumnya terima kasih
BalasHapus