KH. Noer Ali Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional
Terhadap jasa-jasanya kepada bangsa dan negara, Presiden Soeharto pada
tahun 1995 memberikan penghargaan Bintang Naraya kepada KH. Noer Ali. Lalu oleh
Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono ditingkatkan lagi menjadi Pahlawan Nasional dan
Bintang Mahaputra Adipradana pada 9 November 2006, dalam rangka menjelang Hari Pahlawan Nasional. Dengan begitu KH. Noer Ali
merupakan orang Bekasi pertama yang mendapatkan gelar Pahlawan Nasional.
Foto KH. Noer Ali karya Ahtoillah Mursjid. Sumber: Istimewa
Gelar Pahlawan Nasional memang sangat layak disematkan padanya. Kiprahnya
dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia tidak perlu diragukan lagi.
Bersama murid-murid maupun rekan-rekannya, bahu-membahu mengangkat senjata.
Begerilya dari satu kampung ke kampung lain merupakan sesuatu hal yang biasa
dilakukan. Hampir tidak ada tokoh nasional dijamannya yang pernah bertempur di
timur Jakarta saat perang revolusi yang tidak mengenal dirinya. Presiden
Soeharto, Wakil Presiden Adam Malik, Jenderal AH. Nasution adalah sedikit
diantaranya.
Pria kelahiran Ujungmalang, 25 Juni 1913 ini merupakan sosok kharismatik.
Kelihaiannya dalam dunia politik menempatkannya pada tokoh yang diperhitungkan
oleh berbagai pihak. Jika saja tidak mendengar nasihat gurunya saat belajar
Islam di Mekah, Syekh Al Maliki, untuk tidak menjadi pegawai
pemerintah, mungkin saja dia telah menjadi tokoh nasional. Sebab jaringan yang
dimiliki memungkinkannya untuk itu. Bahkan telah terbukti beberapa kali, namun
tidak dia manfaatkan. Misalnya saja saat dia diminta oleh Wakil Residen Jakarta
Mohammad Moe’min untuk meneruskan jabatan sebagai Bupati Jatinegara di tahun
1948, tetapi dia menolaknya. Dia pun pernah menjadi Pejabat Bupati Bekasi
sementara di tahun 1951, dan tidak ingin diteruskan menjadi permanen.
Manakala Pemerintah Republik Indonesia mengadakan
Pemilihan Umum di tahun 1955, Partai Masyumi yang dia pimpin di Bekasi meraih
suara terbanyak. Namun setelah Masyumi dibubarkan oleh Presiden Soekarno di
tahun 1960, KH. Noer Ali kembali fokus mengurus pesantren yang dia dirikan.
Meski begitu, bukan berarti menjadi sosok yang tutup mata dengan peristiwa yang
terjadi pada negara. Dari pemerintah daerah hingga pemerintah pusat tetap
menjadi perhatiannya. Kebijakan-kebijakan pemerintah yang merugikan masyarakat,
dilawannya secara elegan dan piawai.
Hingga kemudian sosok Guru Noer Ali, begitu dia biasa dipanggil sebelum
Bung Tomo mempopulerkan gelar KH di depan namanya pada awal kemerdekaan melalui
corong radio di Surabaya, wafat pada 29 Januari 1992 di rumahnya di lingkungan
Pondok Pesantren At Taqwa, Kabupaten Bekasi. Namanya pun tersematkan pada
beberapa ruas jalan, Islamic Center, sejumlah ruangan, dan juga nama fly over di pusat kota.
Tidak ada komentar untuk "KH. Noer Ali Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional"
Posting Komentar