Bekasi Periode Prasejarah

Inilah salah satu situs tertua di Pulau Jawa dan
kaya akan aneka peninggalan dari masa akhir prasejarah hingga masa awal Kerajaan Tarumanegara. Berdasarkan
hasil pertanggalan carbon 14 terhadap peninggalan peradaban Buni, dapat
ditetapkan rentang pertanggalannya antara 1.000 tahun sebelum Masehi dan 500
Masehi.
Situs ini sekaligus memperlihatkan adanya kehidupan pada masa akhir
prasejarah yang memiliki teknik pertanian dan tingkat kebudayaan manusia yang sudah tinggi. Hal ini terbukti dengan ditemukannya peralatan
yang terbuat dari logam, di samping manik-manik bahan kaca, gelang batu,
perkakas dari logam, dan tembikar yang jumlahnya sangat banyak. Barang-barang
tersebut ada yang ditemukan dalam keadaan masih utuh ataupun bentuk pecahan.
Keberadaan situs Buni diawali dengan temuan emas
oleh warga sekitar pada tahun 1958. Para arkeolog – antara lain R.P. Soejono – yang
datang ke Babelan pada 1960 nyaris terlambat. Para pencari emas yang datang
dari berbagai tempa sudah menjungkirbalikkan setiap batu dan membongkar
liang-liang di sawah demi impian akan logam mulia tersebut. Jadi, emas sudah
pupus. Namun Soejono dan kawan-kawannya berhasil mendapatkan ratusan benda
bernilai arkeologis yang tidak diburu pencari emas. Artefak-artefak yang
menjadi saksi adanya peradaban 2000 tahun lampau di Bekasi adalah seperti logam perunggu dan besi, perhiasan emas, gelang kaca,
manik-manik batu dan kaca, bandul jaring, beliung persegi, beragam gerabah,
besi, kapak, piring, pecahan genting, dan sisa makanan.

- Bahwa tempat temuan tersebut merupakan areal makam para resi. Dengan begitu bisa dikatakan bahwa masyarakat pada waktu itu telah mengenal sistem penguburan mayat beserta segala upacaranya.
- Keramik Buni mirip corak Sa Huynh dari Vietnam.
- Ciri-ciri dari kebudayaan prasejarah ini adalah banyaknya penggunaan gerabah seperti piring, periuk, kendi, serta peralatan sehari-hari lainnya.
- Beberapa unsur tradisi megalitikum dapat juga dilihat, seperti penyertaan bekal kubur, mayat yang dilengkapi manik-manik, serta beberapa menhir dan batu meja.
- Masyarakat pendukung kebudayaan Buni diperkirakan telah mengadakan hubungan perdagangan dengan bangsa lain. Kerajaan Taruma dianggap sebagai kerajaan yang masih menggunakan banyak unsur kebudayaan ini, meskipun penguasanya telah menganut agama Hindu.
- Situs Percandian Batujaya serta Situs Kendaljaya di Kabupaten Karawang memiliki beberapa tinggalan sisa kebudayaan ini.
- Menurut Ridwan Saidi, kalau dilihat dari temuan manik-manik yang banyak ditemukan di Situs Buni, sepertinya Kerajaan Segala Pasir (kerajaan yang pernah berkuasa di daerah Buni dan sekitarnya) terpengaruh oleh budaya Mesir Kuno.
- Dari hasil uji laboratorium oleh antropolog Universitas Gadjah Mada, Teuku Jacob, terhadap kerangka manusia yang ditemukan tersebut menunjukkan ciri-ciri Austromelanosoid dan Mongoloid.
- Kompleks kebudayaan Buni meluas di sepanjang pantai utara Jawa Barat, Jakarta, dan Banten.
Peradaban yang pernah hidup di daerah pesisir
pantai utara Bekasi tersebut diketahui merupakan bagian dari Kerajaan Segala
Pasir. Kerajaan yang usianya lebih tua dari Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur.
Kerajaan Kutai sebagaimana diketahui, tercatat sebagai kerajaan tertua di
Republik Indonesia.
Dengan keberadaan artefak di situs Buni
tersebut, sepertinya perlu dicatat ulang oleh sejarah negri ini bahwa kerajaan
tertua adalah Kerajaan Segara Pasir yang terletak di Bekasi, Jawa Barat.
Keberadaan
Kerajaan Segala Pasir mulai menghilang saat kalah perang oleh Kerajaan
Tarumanegara. Untuk kemudian daerah tersebut dijadikan pangkalan militer guna
menarik pajak serta upeti dari setiap transaksi perdagangan serta kekayaan alam
dari kerajaan-kerajaan kecil taklukan Kerajaan Tarumanegara.
Terimakasih info sejarahnya, boleh saya tahu nama peta kuno yang digunakan diatas atau mungkin mas Endra Kusnawan punya versi full imange? Sekali lagi terimakasih atas informasinya.
BalasHapussilahkan ambil di sini
Hapusidentitas petanya:
Name: 645491
Scale: 1:290000
Type: topographic maps
Year: 1853
http://maps.library.leiden.edu/cgi-bin/iipview?krtid=11793&name=645491.JPG&marklat=-6.2401&marklon=107.0018&sid=xz35fe4952937&seq=5&serie=0&lang=1&ssid=&resstrt=0&svid=522090&dispx=1366&dispy=589
sebenarnya tidak ada unsur Egyptian, lebih banyak mirip kebudayaan Hoanh Binh (Megalitik) dan Dongson (Jaman Perunggu) dari vietnam, karena bangsa kita ini berasal dari Austronesia yang lebih dulu menempati Yunnan, Burma kemudian Dongson kemudian ke selatan menuju nusantara.. Kebudayaan Dongson secara keseluruhan dapat dinyatakan sebagai hasil karya kelompok bangsa Austronesia yang terutama menetap di pesisir Annam, yang berkembang antara abad ke-5 hingga abad ke-2 Sebelum Masehi. Kebudayaan ini sendiri mengambil nama situs Dongson di Tanh hoa. simbol simbol matahari atau bintang bermata 8 juga di temukan di sebagian besar sumatra dan semenanjung malaya, mungkin Ridwan saidi menganggap ini kebudayaan Egyptian karena ada simbol matahari/ Ra.. padahal ini simbol ajaran surya Asutronesia, yang juga di temukan dio masyarakat Basemah, Bengkulu, Lampung, Nias dan Sumatra utara sampai ke Gayo..disebut nyaajaran Surya atau matahari yang mana menyinari 8 penjuru mata angin
BalasHapusdilihat dari ertefak bentuk senjata nya ada tombah dan ujungnya merupakan ciri khas senjata tikam kebudayaan dongson jaman perunggu dan bagian pangkalnya ada semacam kapak persegi dari logam
BalasHapusakhir dari kebudayaan dongson di nusantara dawali masuknya kebudayaan wedha yang bercirikan Helenisme, yaitu pada masa abad pertama dan kedua masehi jaman salakanegara masukn ya bangsa Indo Parthia / Scythia/ Orang orang Saka (Sakas) yaitu orang orang India barat yaitu orang orang masa kerajaan atau dinasti Pahllavas / Indo Arya yang menemukan penanggalan tahun Caka/ Saka dan hruf / aksara Brahmi.. (Bukan Pallawa . karena Pallawa baru ada abad ke 4 masehi di India Selatan yaitu bangsa kerajaan Dravida.. denagkan orang orang Saka Pahllavas ini sudah ada sejak abad ke 2 Sebelum masehi di kerajaan india kuno yaitu kerajaan Savatanhana/ Andhra)
BalasHapus