Bekasi Periode Prasejarah


Bekasi Periode Prasejarah
Cerita tentang Bekasi dimulai dari adanya peradaban yang disebut peradaban Buni. Dinamakan Peradaban Buni atau Kebudayaan Buni, karena identitas keberadaan peradaban mereka pertama kali ditemukan berada di daerah Kampung Buni, Kec. Babelan, Kab. Bekasi, Jawa Barat. Berdasarkan penelitian dan pendalaman terhadap situs Buni tersebut, ternyata kompleks kebudayaan Buni meluas di sepanjang pantai utara Jawa Barat, Jakarta, dan Banten.
Inilah salah satu situs tertua di Pulau Jawa dan kaya akan aneka peninggalan dari masa akhir prasejarah hingga masa awal Kerajaan Tarumanegara. Berdasarkan hasil pertanggalan carbon 14 terhadap peninggalan peradaban Buni, dapat ditetapkan rentang pertanggalannya antara 1.000 tahun sebelum Masehi dan 500 Masehi.
Situs ini sekaligus memperlihatkan adanya kehidupan pada masa akhir prasejarah yang memiliki teknik pertanian dan tingkat kebudayaan manusia yang sudah tinggi. Hal ini terbukti dengan ditemukannya peralatan yang terbuat dari logam, di samping manik-manik bahan kaca, gelang batu, perkakas dari logam, dan tembikar yang jumlahnya sangat banyak. Barang-barang tersebut ada yang ditemukan dalam keadaan masih utuh ataupun bentuk pecahan.
Keberadaan situs Buni diawali dengan temuan emas oleh warga sekitar pada tahun 1958. Para arkeolog – antara lain R.P. Soejono – yang datang ke Babelan pada 1960 nyaris terlambat. Para pencari emas yang datang dari berbagai tempa sudah menjungkirbalikkan setiap batu dan membongkar liang-liang di sawah demi impian akan logam mulia tersebut. Jadi, emas sudah pupus. Namun Soejono dan kawan-kawannya berhasil mendapatkan ratusan benda bernilai arkeologis yang tidak diburu pencari emas. Artefak-artefak yang menjadi saksi adanya peradaban 2000 tahun lampau di Bekasi adalah seperti logam perunggu dan besi, perhiasan emas, gelang kaca, manik-manik batu dan kaca, bandul jaring, beliung persegi, beragam gerabah, besi, kapak, piring, pecahan genting, dan sisa makanan.
Bekasi Periode Prasejarah
Dari penemuan artefak, benda-benda, dan kerangka manusia yang ditemukan di Buni dan sekitarnya, bisa diketahui beberapa hal yaitu:
  1. Bahwa tempat temuan tersebut merupakan areal makam para resi. Dengan begitu bisa dikatakan bahwa masyarakat pada waktu itu telah mengenal sistem penguburan mayat beserta segala upacaranya.
  2. Keramik Buni mirip corak Sa Huynh dari Vietnam.
  3. Ciri-ciri dari kebudayaan prasejarah ini adalah banyaknya penggunaan gerabah seperti piring, periuk, kendi, serta peralatan sehari-hari lainnya.
  4. Beberapa unsur tradisi megalitikum dapat juga dilihat, seperti penyertaan bekal kubur, mayat yang dilengkapi manik-manik, serta beberapa menhir dan batu meja.
  5. Masyarakat pendukung kebudayaan Buni diperkirakan telah mengadakan hubungan perdagangan dengan bangsa lain. Kerajaan Taruma dianggap sebagai kerajaan yang masih menggunakan banyak unsur kebudayaan ini, meskipun penguasanya telah menganut agama Hindu.
  6. Situs Percandian Batujaya serta Situs Kendaljaya di Kabupaten Karawang memiliki beberapa tinggalan sisa kebudayaan ini.
  7. Menurut Ridwan Saidi, kalau dilihat dari temuan manik-manik yang banyak ditemukan di Situs Buni, sepertinya Kerajaan Segala Pasir (kerajaan yang pernah berkuasa di daerah Buni dan sekitarnya) terpengaruh oleh budaya Mesir Kuno.
  8. Dari hasil uji laboratorium oleh antropolog Universitas Gadjah Mada, Teuku Jacob, terhadap kerangka manusia yang ditemukan tersebut menunjukkan ciri-ciri Austromelanosoid dan Mongoloid. 
  9. Kompleks kebudayaan Buni meluas di sepanjang pantai utara Jawa Barat, Jakarta, dan Banten.
Saat ini ratusan benda-benda arkeologis tersebut kini disimpan di Museum Nasional, Museum Sejarah Jakarta, Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Pusat Arkeologi Nasional, Bidang Pelestarian dan Pengembangan Kebudayaan (waktu itu masuk dalam struktur Departemen Kebudayaan dan Pariwisata) dan di beberapa rumah warga.
Peradaban yang pernah hidup di daerah pesisir pantai utara Bekasi tersebut diketahui merupakan bagian dari Kerajaan Segala Pasir. Kerajaan yang usianya lebih tua dari Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Kerajaan Kutai sebagaimana diketahui, tercatat sebagai kerajaan tertua di Republik Indonesia.
Dengan keberadaan artefak di situs Buni tersebut, sepertinya perlu dicatat ulang oleh sejarah negri ini bahwa kerajaan tertua adalah Kerajaan Segara Pasir yang terletak di Bekasi, Jawa Barat.
Keberadaan Kerajaan Segala Pasir mulai menghilang saat kalah perang oleh Kerajaan Tarumanegara. Untuk kemudian daerah tersebut dijadikan pangkalan militer guna menarik pajak serta upeti dari setiap transaksi perdagangan serta kekayaan alam dari kerajaan-kerajaan kecil taklukan Kerajaan Tarumanegara. 
Endra Kusnawan
Endra Kusnawan Orang yang senang belajar sesuatu hal yang baru. Saat ini bekerja di sebuah perusahaan kelapa sawit bagian ngurusin CSR. Waktu luangnya digunakan untuk berbagi pengetahuan seputar sejarah, pelatihan dan motivasi. Dalam konteks sejarah, merupakan pendiri Grup diskusi di Facebook, Wisata Sejarah Bekasi, sejak 26 Januari 2013. Juga merupakan pendiri sekaligus Ketua Komunitas Historia Bekasi sejak Agustus 2016. Bisa dihubungi 0818.0826.1352

5 komentar untuk "Bekasi Periode Prasejarah"

  1. Terimakasih info sejarahnya, boleh saya tahu nama peta kuno yang digunakan diatas atau mungkin mas Endra Kusnawan punya versi full imange? Sekali lagi terimakasih atas informasinya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. silahkan ambil di sini
      identitas petanya:

      Name: 645491
      Scale: 1:290000
      Type: topographic maps
      Year: 1853

      http://maps.library.leiden.edu/cgi-bin/iipview?krtid=11793&name=645491.JPG&marklat=-6.2401&marklon=107.0018&sid=xz35fe4952937&seq=5&serie=0&lang=1&ssid=&resstrt=0&svid=522090&dispx=1366&dispy=589

      Hapus
  2. sebenarnya tidak ada unsur Egyptian, lebih banyak mirip kebudayaan Hoanh Binh (Megalitik) dan Dongson (Jaman Perunggu) dari vietnam, karena bangsa kita ini berasal dari Austronesia yang lebih dulu menempati Yunnan, Burma kemudian Dongson kemudian ke selatan menuju nusantara.. Kebudayaan Dongson secara keseluruhan dapat dinyatakan sebagai hasil karya kelompok bangsa Austronesia yang terutama menetap di pesisir Annam, yang berkembang antara abad ke-5 hingga abad ke-2 Sebelum Masehi. Kebudayaan ini sendiri mengambil nama situs Dongson di Tanh hoa. simbol simbol matahari atau bintang bermata 8 juga di temukan di sebagian besar sumatra dan semenanjung malaya, mungkin Ridwan saidi menganggap ini kebudayaan Egyptian karena ada simbol matahari/ Ra.. padahal ini simbol ajaran surya Asutronesia, yang juga di temukan dio masyarakat Basemah, Bengkulu, Lampung, Nias dan Sumatra utara sampai ke Gayo..disebut nyaajaran Surya atau matahari yang mana menyinari 8 penjuru mata angin

    BalasHapus
  3. dilihat dari ertefak bentuk senjata nya ada tombah dan ujungnya merupakan ciri khas senjata tikam kebudayaan dongson jaman perunggu dan bagian pangkalnya ada semacam kapak persegi dari logam

    BalasHapus
  4. akhir dari kebudayaan dongson di nusantara dawali masuknya kebudayaan wedha yang bercirikan Helenisme, yaitu pada masa abad pertama dan kedua masehi jaman salakanegara masukn ya bangsa Indo Parthia / Scythia/ Orang orang Saka (Sakas) yaitu orang orang India barat yaitu orang orang masa kerajaan atau dinasti Pahllavas / Indo Arya yang menemukan penanggalan tahun Caka/ Saka dan hruf / aksara Brahmi.. (Bukan Pallawa . karena Pallawa baru ada abad ke 4 masehi di India Selatan yaitu bangsa kerajaan Dravida.. denagkan orang orang Saka Pahllavas ini sudah ada sejak abad ke 2 Sebelum masehi di kerajaan india kuno yaitu kerajaan Savatanhana/ Andhra)

    BalasHapus

Posting Komentar